Selasa, 12 Agustus 2008

MENJELANG PANEN TEMBAKAU DI TEMANGGUNG



Sebentar lagi, panen tembakau tiba, biasanya sekitar bulan juli-september. Bagi masyarakat Temanggung, musim panen tembakau berarti musim pekerjaan. Banyak hal dapat dikerjakan untuk menghadapi moment yang ngrejekeni ini. Bukan hanya para petani dan juragan tembakau, sekedar menyediakan pelepah pisang-pun bisa mendatangkan rejeki.


SEPERTI Lasiyah, perempuan asal desa Caruban, Kecamatan Kandangan. Dengan modal beberapa ratus ribu rupiah, perempuan tua ini mencoba mengadu keberuntungan dengan bisnis musiman. Memasok pelepah pisang kering, bahan utama pembuat keranjang tembakau.

Sebenarnya usaha ini adalah usaha yang rutin dilakukan tiap menjelang panen tembakau. Pelepah pisang selalu menjadi komoditi paling dicari masyarakat petani dan pedagang tembakau.

"Kebutuhan pelepah pisang sangat banyak, kalau hanya mengandalkan pasokan) dari Temanggung tidak cukup. Karena itulah saya terpikir untuk mendatangkan pelepah pisang dari luar daerah," ujar Lasiyah menceritakan asal muasal bisnis musimannya.

Tiap musim tembakau, dia berjualan, menjual pelepah pisang untuk bahan pembuatan keranjang tembakau. Kemudian, dengan bantuan kerabat dan saudaranya, Lasiyah mendatangkan pelepah pisang kering dari Semarang, Demak dan beberapa daerah di Jawa Timur. Pelepah pisang lokal, dari kawasan Temanggung dan sekitarnya juga dia datangkan.

"Pelepah kering ini saya beli Rp20 ribu per ikat besar, isinya sekitar 150 pelepah, " jelasnya.

Pelepah pisang yang didatangkan bukan sembarang pelepah. Kriterianya, kuat, ulet dan besar. Biasanya pelepah pisang yang memenuhi kriteria tersebut adalah pelepah pisang jenis Raja dan Kepok. Bersama dengan para tetangganya, pelepah pisang dengan kriteria seperi yang disebut diatas dipilah. Kemudian dilipat dan siap dipasarkan, prosesnya mudah dan sederhana. Perikat pelepah dijual dengan harga Rp30 ribu.

Biasanya, dalam satu musim tembakau, setidaknya 4 truk pelepah pisang kering dia datangkan. Menurutnya, semua pelepah pisang yang dia datangkan terjual habis. Hasilnya lumayan, bisa membantu keuangan keluarga.

"Pelepah lipat ini saya jual ke pasar-pasar di Temanggung, sebagian lagi sudah dipesan orang," paparnya.

Tahun ini menurut pengamatannya, dari musim dan cuaca dari awal penanaman hingga hari-hari menjelang panen tembakau, hasil panen diprediksi baik. Kecuali beberapa wilayah yang terkena serangan ulat daun dan akar.

Cuasa seperti ini diyakini bisa menghasilkan tembakau Srintil, suatu jenis tembakau dengan kandungan nikotin tinggi dan bisa terjual ratusan ribu rupiah perkilo.

"Kalau sudah seperti ini, biasanya berapun pelepah pisang yang saya stok, pasti habis terjual. Moga-moga ini jadi rejeki saya ya," ujarnya berharap.

Karsih, salah seorang tetangga yang membantu pekerjaannya, mengaku mendapat upah Rp20 ribu untuk satu hari kerja. Jika dia bekerja borongan upahnya Rp4 ribu ripiah untuk per pelepah lipat yang cukup untuk membuat satu keranjang tembakau.

"Ini memang kerja musiman, tidak tiap hari. Tapi hasilnya lumayan. Saya sudah tidak kuat lagi bekerja sebagai buruh tani tembakau," ujar nenek berusia 60 tahun ini.

Sejak kecil, Lasiyah, Karsih dan perempuan-perempuan lain di desa Caruban sudah akrab dengan tembakau. Sayangnya, sebagian besar dari mereka tidak bisa menaman tembakau. Apa sebab? Seperti umumnya petani di Indonesia yang berlahan sempit, tingkat kepemilikan lahan di wilayah penghasil tembakau ini juga tidak lebih dari 0,5 hektar per KK. Akhirnya mereka hanya menjadi buruh tani.

Pekerjaannya antara lain menaman dan memetik daun tembakau saat panen. Selain itu, juga ikut merajang, mengeringkan dan mengepak tembakau dalam keranjang. Tiga pekerjaan terakhir, kebanyakan dilakukan oleh kaum laki-laki, karena memerlukan keahlian khusus dan dukungan tenaga yang kuat. Namun begitu perempuan seperti Lasiyah dan Karsih tak sedikit yang ikut terlibat.

"Saya ini memang tidak punya lahan, tapi kalau musim panen, usaha pelepah pisang ini juga lumayan mendatangkan rejeki,: ujarnya terkekeh.

Dari remah-remah panen tembakau, Lasiyah, Karsih dan perempuan-perempuan lain di wilayah penghasil tembakau ini juga kecipratan rejeki. Jadi jangan tanya berapa penghasilan para petani besar dan juragan tembakau di Temanggung musim panen ini. (mn.latief)
Read more on this article...