Senin, 07 April 2008

You Must Go to Dieng Before you Die


ini versi lengkap dari liputanku yg dimuat cuma 2 paragraf di koran tempat ku bekerja..

Catatan dari Wartawan Menanam 2008
You Must Go to Dieng Before you Die

"Dieng yang saya kenal waktu saya kecil adalah kawasan yang asri, hijau, dan banyak pepohonan. Berbeda dengan kondisi Dieng sekarang, kondisinya sudah sangat berbeda, dieng sekarang gundul, mata airnya banyak yang mati, mengandung banyak sekali potensi bencana ekologis, wisatawanpun tak banyak lagi berdatangan," ujar Woro (37th). Perempuan kelahiran Dieng yang saat ini menjadi penyuluh pertanian, tampak kikuk mengutarakan unek-unek seputar tempat kelahirannya di depan Menteri Komunikasi dan Informasi, Muhammad Nuh, Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufiz, Bupati Wonosobo Kholiq Arif, Ketua PWI Pusat Tarman Azzam, dan sejumlah tokoh nasional lain.


"Sebetulnya masih banyak lagi yang ingin saya ungkapkan, tapi aksi "Wartawan Menanam" ini saya pikir sudah cukup mewakili bahwa kita sekarang perlu segera melakukan rehabilitasi lingkungan dengan serius, namun perlu saya ingatkan, bahwa menanam itu mudah, tapi memeliharanya memerlukan upaya konsisten," tambahnya.

Woro, adalah salah satu dari ribuan orang yang hadir dalam kegiatan "Wartawan Menanam" yang dipusatkan di Objek Wisata Telaga Menjer, desa Maron, Kecamatan Garung, Wonosobo, minggu (27/01). Sebelumnya, para tokoh bersama dengan masyarakat sekitar melakukan penanaman sekitar 26.000 bibit pohon berbagai jenis di kawasan yang disebut Bukit Wartawan. Kegiatan ini merupakan awalan dari rangkaian peringatan hari pers nasional yang akan dipusatkan di semarang tanggal 7-10 Februari 2008 mendatang.

"Wartawan sekarang sudah mempunyai bukit sendiri, mereka bukan lagi sekedar tukang kritik terjadinya kerusakan alam, penggundulan hutan, pembalakan liar, deforestation, yang menjadi penyebab aneka bencana alam dari banjir, tanah longsor sampai keringnya mata air. Wartawan sudah memberi teladan bahwa spirit menanam dan menyelamatkan lingkungan bukan sekedar seremonial, tapi harus dilaksanakan secara konsisten," ujar Bupati Wonosobo Kholiq Arif.

Bupati yang juga mantan jurnalis ini, mengatakan bahwa wartawan mempunyai peran signifikan untuk mengkampanyekan upaya penyelematan lingkungan. Kapasitas wartawan dalam pemberitaan akan sangat mendukung pembentukan mental masyarakat yang mencintai, menghargai dan pada ahirnya melakukan upaya penyelamatan lingkungan secara mandiri."Seorang wartawan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi opini publik, kemampuan harus diarahkan untuk membangun pikiran-pikiran positif mengenai gerakan konservasi dan penyelematan lingkungan lain,"ujarnya.

Telaga Menjer, adalah kawasan genangan air yang terbentuk karena cekungan bekas kawah, berada di deretan pegunungan dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau). Air dari telaga menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Garung. Dari tahun ke tahun debit airnya semakin menurun. Penurunan debit air ini, memicu kekhawatiran akan umur PLTA Garung yang semakin pendek dan kelak akan semakin memperumit masalah krisis energi. Secara umum Dieng Plateau adalah daerah penyangga penting di Jawa Tengah. Di kawasan ini terdapat Tuk Bimo Lukar, mata air Sungai Serayu yang mengaliri sedikitnya 13 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Selain itu, karena topografinya paling tinggi, Dieng juga menjadi penyangga bagi minimal 5 daerah di bawahnya, seperti Kab Kendal, Kab Temanggung, Kab Banjarnegara, Kab Pekalongan, dan Kab Batang.

"Dieng itu jantungnya Wonosobo, dan jantungnya Jawa Tengah," ujar gubernur Jateng, Ali Mufiz. Senada dengan pejabat lain, Gubernur juga menekankan pentingnya konservasi di daerah Dieng. Menurutnya, jika lingkungan di Dieng rusak maka rusak pula lingkungan di Jawa Tengah.

Tentang rehabilitasi di Kawasan Dieng, Bupati Wonosobo mengaku sudah mempunyai skema tersendiri. Skema ini disebut skema prismatik, yaitu skema yang menghubungkan aspek sosial, ekonomi dan penyelamatan lingkungan sebagai dasar pelaksanaan upaya rehabilitasi lingkungan di Dieng. "Jangan sampai kita terjebak pada paradigma yang salah mengenai lingkungan, upaya penyelematan lingkungan tidak boleh menyingkirkan aktifitas ekonomi masyarakat" ujar Bupati.

Pihaknya akan melibatkan berbagai instansi yang bisa diajak bekerjasama menyelamatkan Dieng. Pihak pertama yang akan dilibatnya adalah Perhutani, tanah seluas 40.000 ha yang dikelola Perhutani di Daerah Dieng saat ini adalah kawasan yang bisa diwujudkan sebagai penggerak ekonomi pertanian masyarakat sekitar. "Ada banyak sekali komoditas yang bisa dikembangkan di kawasan ini. Bukan hanya Kentang yang nyata-nyata bisa merusak keseimbangan alam," jelasnya.

Berbagai jenis tanaman obat, seperti Purwaceng, Temulawak, Kunir Putih, empon-empon menurutnya akan tumbuh dan produktif jika ditanam di dearah yang mempunyai ketinggian seperti Dieng. Terpenting adalah tanaman ini meninggalkan dampak kerusakan lingkungan yang parah. "Tunggu apalagi, sudah banyak perusahaan jamu yang menunggu produk tanaman ini dari dieng, artinya masyarakat tidak perlu merasa khawatir produknya tidak laku," ujar bupati.

Revitalisasi Dieng ditunggu banyak orang, kata Tarman Azzam, Ketua PWI pusat yang menyempatkan diri berkunjung ke Dieng tiap tahun. "Ada peribahasa, berkunjunglah ke Roma sebelum mati, saya menunggu kapan saya bisa mengatakan, you must go to dieng, before you die dengan bangga' ujarnya. (m.n.latief)
.

Tidak ada komentar: