Rabu, 24 Oktober 2007

Pangan

Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang dihasilkan baik secara alami dari mahluk hidup maupun rekayasa teknologi untuk dikonsumsi oleh manusia guna menghasilkan energi sebagai sumber kehidupannya.

Demikian pangan didefinisikan secara “eksakta”, definisinya tegas dan jelas. Definisi ini juga mengandung arti bahwa jika ingin melanjutkan kehidupan, mahluk hidup harus dapat mengakses pangan.

Selain itu, pangan juga berkembang menjadi banyak komoditas, pentas politik negeri ini penah memanas gara-gara pangan, waktu itu parlemen kita memanggil presiden dan mempertanyakan mengapa sampai terjadi kelaparan di bagian timur Indonesia. Keruntuhan dua rejim pemerintahan kita, orde baru dan orde lama, diawali dengan kelangkaan pangan.

Pangan menempati posisi yang sedemikian penting. Untuk mengaturnya, ada etika yang mengatakan bahwa pangan tidak boleh dipandang sebagai komoditas ekonomi belaka, pangan harus diletakkan sebagai hak dasar manusia yang harus bisa dipenuhi. Melville J. Herskovits, seorang antropolog ternama mengatakan pangan adalah primary determinant of survival.

Jaman menjadikan pangan berkembang rupa-rupa, bukan hanya itu, pangan juga mengglobal. Di kaki Gunung slamet orang-orang bisa menikmati ayam goreng berbalut tepung yang biasa dimakan oleh bule di salah satu negara bagian AS. Beras mengganti pangan pokok masyarakat di ujung timur Indonesia, yang dulu memakan sagu, penganan yang diolah dari batang pohon salah satu jenis tumbuhan. Hal ini berlaku juga untuk mie, donat, pizza, dan kentang goreng.

Anehnya, ada anggapan, bahwa salah satu penganan lebih bergengsi dari pada jenis lain. Mental terjajah bangsa ini belum sepenuhnya lenyap, pizza dianggap lebih bergengsi dari pada thiwul, minuman bersoda lebih bermartabat dari pada dawet. Perlahan tapi pasti, kita mengalami penyeragaman pangan. Kondisi seragam pangan inilah yang diinginkan oleh perusahaan-perusahaan besar penghasil penganan. Kondisi ini sengaja diciptakan, agar produk mereka terserap habis. Melalui iklan otak kita dicekoki dengan keunggulan produk yang mereka hasilkan, bahwa memakan penganan ini lebih bergengsi dari pada itu, meminum ini akan kuat seperti si anu dan sebagainya.

Kita dibuat lupa akan grontol, suweg, uwi, gatot, sriping makanan yang pernah membuat meja makan keluarga kita indah dan mengundang selera.


Tidak ada komentar: